Kamis, 03 Maret 2011

Pencegahan kanker serviks
Tentu pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Oleh karena itu, Bambang menganjurkan ada beberapa upaya yang dilakukan untuk menghindari penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut.
Secara umum, katanya, pencegahan penyakit itu dapat dibagi menjadi tiga area yaitu primer, sekunder, dan tertier. Pencegahan primer bertujuan menurunkan angka kejadian suatu penyakit dan seluruh populasi adalah targetnya.
Untuk kanker serviks, pencegahan primer dapat dilakukan melalui perubahan pola diet atau suplemen, vaksinasi profilaksi dan reduksi faktor-faktor risiko. Cara untuk menurunkan risiko adalah dengan menghindari punya pasangan seks pria yang banyak.
Selain itu, faktor nutrisi juga dapat mengatasi masalah kanker mulut rahim. Penelitian mendapatkan hubungan yang terbalik antara konsumsi sayuran berwarna hijau tua dan kuning (banyak mengandung betha karoten atau vitamin A, vitamin C dan vitamin E) dengan kejadian neoplasia intra epithelial juga kanker serviks.
Artinya semakin banyak makan sayuran berwarna hijau tua dan kuning, maka akan semakin kecil risiko untuk kena penyakit kanker mulut rahim. Sedangkan pencegahan sekunder meliputi deteksi dini atau penapisan dengan tujuan menurunkan kejadian penyakit dengan menemukan sebelum menimbulkan gejala dan memulai pengobatan seawal mungkin.
Pada penyakit kanker serviks pencegahannya dapat dilakukan melalui tes Pap (papsmear),deteksi adanya virus papiloma manusia dan teknik baru yang dapat meningkatkan kemampuan tes Pap dan deteksi virus papiloma manusia.
Karena proses dari normal sampai menjadi kanker itu memerlukan waktu yang agak lama, kata Bambang, tidak mungkin setelah 6 bulan tes Pap langsung positif. Untuk pencegahan, dia menyarankan untuk melakukan tes Pap setelah usia 25 tahun atau setelah aktif berhubungan seksual dengan frekuensi dua kali dalam setahun.
Bila dua kali tes Pap berturut-turut menghasilkan negatif, maka tes Pap dapat dilakukan sekali setahun.
Untuk pencegahan tertier ditujukan kepada penderita yang sudah menunjukkan adanya penyakit dan gejala penyakit. Tujuannya adalah menurunkan kekambuhan atau menemukan kekambuhan seawal mungkin.